Oil Painting Arts: My Life and My Greatest Passion

The Ship of Noah

Sabtu, 4 Februari 2012, genap hampir 1 tahun saya “mencutikan diri” dari kegiatan hunting lukisan. Selama hampir 1 tahun ini, saya agak sibuk dengan program pendidikan dari kantor untuk pengembangan karyawan internal. Syukurlah, saya sudah bisa bernafas lega, karena program yang melelahkan tersebut telah saya selesaikan dengan nilai “not bad” buat “average person” seperti saya.

Jadi, tepat pada hari Sabtu ini, saya putuskan untuk menyempatkan diri untuk mengunjungi galeri lukisan Bu Esther (kenalan saya). Sebenarnya, ada beberapa tempat favorit saya untuk memuaskan dahaga akan karya seni lukis kanvas, yakni di Pasar Seni Ancol, galeri lukisan di JDC Slipi, galeri Bu Esther (kenalan saya), dan beberapa galeri lainnya (tidak tertutup acara pameran-pameran, yang kerap kali diselenggarakan di mal-mal).

Well, sedikit cerita tentang Pasar Seni Ancol. Ini merupakan favorit saya untuk rujukan karya-karya seniman berkualitas kelas lokal. Jujur saja, bila saya tidak perlu ke beberapa tempat, saya terkadang bisa menghabiskan waktu dari pagi pukul 10:00 hingga 19:00 malam, hanya untuk “memelototi” para seniman tsb menyapukan cat minyak/pastel warna ke kanvas putih. Ada juga “pelukis” yang agak ekstrim, teknik “melukis”-nya dengan memahat gambar ke papan kayu, kemudian papan kayu tsb di-“cemplung”-kan ke tinta hitam, untuk kemudian dicetakkan ke kanvas (yang telah diberi warna dasar), akhirnya, jadilah “lukisan” cetak tsb. Well, jujur saja, saya suka hasil karya tsb, namun saya agak terganggu bila saya belum memiliki (membeli) papan cetakan tsb, takut nanti lukisan tsb digandakan, hehehe.

Forest and The Cranes

Terus terang, lukisan-lukisan di Pasar Seni Ancol tergolong “agak mahal” untuk kondisi financial saya saat ini, kerap kali ketika saya melihat ada lukisan yang indah, dan kerap kali pula ketika saya tanyakan harganya berapa… muncul nominal “Rp.10 juta”, “Rp.20 juta”, “Rp.30 juta. Well, sebenarnya, sebagai “calon pembeli”, saya masih bisa menawar, namun, saya selalu merasa sungkan, takut dianggap “meremehkan” pelukisnya… hehehe… jadi paling-paling saya hanya berkata “soal kualitas… memang harga berbicara…”, hehehe.

Tempat lainnya, yang menurut saya, adalah tempat yang menawarkan lukisan yang “sangat indah sekaleee” dan “sangat mahal sekaleee” adalah Malinda Art Gallery di JDC Slipi. Mata saya selalu terkagum-kagum melihat lukisan yang cantik bangettttt. Sedikit info, Malinda Art Gallery ini, katanya ada cabang di Singapore. Lukisan-lukisan yang dipajang di galeri ini, hampir semuanya pelukis kawakan ternama yang kadang diperoleh dari lelang-lelang ternama spt “Balai Lelang Christie” pun juga lukisan-lukisannya sering dipamerkan di mancanegara. Disini, kita bisa menemukan karya seni kelas “empu-empu” local misalnya: Basoeki Abdullah, SP Hidayat, Jeihan, Affandi, Popo Iskandar, Nyoman Gunarsa (untuk pelukis yang satu ini, sudah saya add jadi teman facebook, hehehe), dll. Sedangkan untuk pelukis luar, misalnya: (aliran pelukis modern) Xiao Hung, Guo Jin, Gao Xiao Wu, Deng Xin Li, Zeng Ling Xin, dll. (aliran naturalis) Tang Xiao Gu,Choo Keng Kwang, Lee Bon Ngan, Cheng Ya Jie, Li Shu Ji, dll.

Anda jangan shock, untuk lukisan karya Basoeki Abdullah yang berjudul “Moonlight Sonata” berukuran 190×125 dibandrol harga Rp.500 juta (kalo saya tidak salah ingat)… Lukisan karya SP Hidayat – “Menuai Padi” thn 2005 ukuran 140-140 dibandrol Rp.50 juta (menurut dari Customer Service-nya, sudah tergolong murah, karena lukisan aliran ekspresionis ini, diprediksi harganya akan menembus ratusan juta rupiah, wegg…..). Terus terang, lukisan yang tergolong “agak murah” yang menurut saya, sangat-sangat sederhana sekaleee, sehingga tidak ada daya tarik (bagi saya), dibandrol “Rp.10 juta”, ya ampun… dengan nominal ini, saya bisa peroleh lukisan yang lebih… lebih ciamikkk di Pasar Seni Ancol… maksud saya, perbedaannya bisa disetarakan dengan “Bajaj” dan “BMW seri 7”. Well.. inilah realitas, “siapa pelukis” dari lukisan tsb, sangat mempengaruhi harga. Tapi jujur, lukisan di Malinda Art Gallery, untuk kisaran Rp.25 juta keatas, terlebih masuk nominal >Rp.100juta, kualitasnya “luar biasa”, sangat cantik sekali.. maklum, yang “tukang gambarnya” saja sudah bertitle “MAESTRO”. Back to reality, saya hanya bisa window shopping di Malinda Art Gallery, “it is too expensive boo”.

The Shiny Sky

So, untuk memperbanyak koleksi lukisan saya selama ini, saya cari langsung dari pelukis itu sendiri via negosiasi yang alottt (dan agak menyebalkan), juga dengan “daya tahan yang tinggi”, karena saya harus rajin-rajin “tandem” saat pelukis itu sedang corat-coret kanvas, bahkan rada agak “menjilat” (cape deh.. but ini konsekuensi buat dapat harga miring, asal akal sehat gak miring dan kantong gak kering.. udah puas dah). Atau, cara yang agak simple, tapi siap-siap harus bayar jasa makelar, yakni via galeri kenalan saya… well, keuntungannya, kita gak perlu cape-cape nungguin si pelukis lagi kerja dan nego sana-sini, kejar-kejar sampai ke luar kota. Atau… jalan-jalan ke luar negeri dan borong lukisan (sudah saya coba 2 taon yang lalu, hasilnya sangat memuaskan, tapi anda harus agak lihai buat kibulin petugas bandara, takutnya dianggap “barang mewah” dan harus bayar pajak.. wkwkwk). Atau… mau lebih murah lagi… udah pergi aja ke Ubud Bali, atau pasar Sukowati, Bali.. dijamin, banyak harga yang murah sekaleee… tapi untuk kualitas, di Ubud, masih jauh lebih baik dari Sukowati. Lagipula, soal bahan kanvas, di Sukowati, bahan yang dipakai (maaf aja ya…) “agak murahan”, yang notabene kualitasnya “kurang bagus”.

Bicara soal bahan kanvas, kualitas paling tokcer yang pernah saya peroleh adalah ketika membeli di galeri lukisan di Malaysia, bahan kanvasnya bagus banget, beda banget deh dengan bahan local, kekuatan teksturnya juga jauh lebih baik. Terus terang, kalau berniat untuk “menunaikan” niat beli lukisan di luar negeri, disarankan, anda harus irit sedari dini, cari ongkos tiket pesawat terbang yang murah, kalo perlu jauh-jauh hari (pesen dari taon lalu, pake “AirA..a” biar lebih murah.. sisanya, bisa buat nambel-nambel kekurangan uang beli lukisan, hehehe). Tapi, kalo anda termasuk golongan kemampuan financial “berlebih”, ya.. kayaknya gak perlu segitu irit deh…

Satu hal yang paling saya sukai kalo beli lukisan di luar negeri, yakni: corak lukisannya beda, temanya juga beda (gak cuma, padi-petani-kerbau-sawah, dll), pokoknya tema lukisannya, gak ada yang seputar keindahan alam di Indonesia, dan cat minyak/palet warna yang dipakai pun lebih berkualitas (agak mahalan), hasilnya adalah perpaduan warna yang brilian (sangat indah). Dan, kalau anda cukup beruntung (bila melancong ke China), ada bisa memperoleh lukisan yang kualitasnya sekaliber maestro local/dunia dengan harga yang murah, karena mereka benar-benar melukis untuk mencari nafkah, atau mereka masih baru lulus dari sekolah seni, namun bakat mereka sebagai pelukis, sudah tidak perlu diragukan lagi, mereka benar-benar “luar binasa”. Sebagai contoh, saya memperoleh lukisan (yang menurut saya oke banget) dengan harga RMB 1000 (1000 Yuan China), kisaran Rp.1,3 juta… kalo beli di Indonesia, bisa mencapai > Rp.10 juta, apalagi kalau udah dipamer di Malinda Art Gallery, bisa-bisa dipatok Rp.25 juta.

The Snowy Mountain

Back again to the story, Sabtu ini, saya putuskan untuk pergi ke galeri Bu Esther, setelah “berantakin” gudang lukisannya, saya tertarik pada 2 lukisan (sebenarnya masih banyak, tapi budget terbatas banget..), yakni karya W. Raharjo (pemandangan alam – ukuran 50x60cm) dan Sandi (panen padi – 80x140cm). Well, saya pilih lukisan-lukisan tsb karena sesuai dengan kecenderungan saya ke aliran naturalis-realistis.

Lukisan-lukisan W. Raharjo selalu menampilkan ciri khas yang mudah sekali dikenali (terutama untuk pengagum lukisan awam seperti saya ini), always about pemandangan, tapi… tema dan permainan warnanya selalu menjadikan ciri khas ini berbeda secara kontras dengan pelukis lainnya. Oleh karenanya, pilihan saya, jatuh pada lukisan ini. Lainnya, lukisan “Panen Padi” karya Sandi, saya pilih karena guratan kuas dan permainan warnanya yang berani, tampil anggun dengan warna-warna cerah. Tapi, dari sekian banyak sapuan kuas karya Sandi, saya hanya tertarik pada 1 lukisan tema panen padi, yang menurut saya (pribadi), merupakan karya terbaik dari Sandi, selain permainan warna yang brilian, juga lukisan yang satu ini, seakan membawa realita alam 2 dimensi menjadi 3 dimensi, seakan nonton 3D di layar TV LED, wuehehehe…

Untuk karya-karya W. Raharjo, terlihat sudah “mapan” dalam hal pemilihan topic, variasi topic pemandangan, permainan warna (yang masih dengan campuran warna itu-itu saja, namun “isi” [pohon, tanaman, gunung, dll] divariasikan secara brilian dan terlihat sangat nyata.. tenteram, menenangkan.. so elegan lah…) yang cantik, serta popularitas yang mulai menanjak (meski belum dalam level Maestro). Sedangkan karya-karya Sandi, terlihat masih mencari positioning serta “pematangan ciri khas” dari waktu-ke-waktu, memang, jam terbang itu penting… terus terang, untuk lukisan Sandi yang satu ini (yang saya beli), guratan padinya detail, serta warna-nya itu lho… kuning terang tapi tidak norak.. dicampur dengan hijau (tanaman pembantas) yang seakan memperkukuh “3D” dari lukisan ini. Keren banget… (sori belum sempet foto.. batre camera digital lagi abis).. hehehe…

Oke, selanjutnya tanya harga… untuk lukisan karya W. Raharjo tsb, dibandrol harga Rp.3,5 juta… dan karya Sandi, dibandrol harga Rp.4,5 juta… astaga, mahal amet… padahal udah kenalan lho…

The Icy Village

Proses tawar-menawar sangat alot dan melelahkan, terus terang, kedua belah pihak sudah terlihat lelah sekalee (saya dan penjualnya), bayangkan, 3 jam saling sahut-sahutan harga… akhirnya, deadlock panjang cair juga, kesepakatan tercapai juga di harga Rp.2 juta dan Rp.3 juta, total Rp.5 juta (itupun, penjualnya antara rela dan gak rela… udah malem lagi). Oke, yang namanya karya seni, emang relative banget, buat orang yang ngak demen lukisan, harga itu tergolong mahal sekalee, but, buat yang “ngerti” lukisan, harga kesepakatan tergolong murah (dibawah wajar.. wkwkwk). Lagian, pemilik galerinya juga, sebenernya bukan penggemar lukisan, Cuma jualan buat cari nafkah… ya asal udah ada selisih laba, barang dilepas.. bahkan terkadang, demi “menyambung hidup usaha”, dijual harga pokok atau bahkan rugi.

Well, meski “kantong kering”, hati happy… nambah lagi 2 koleksi baru, total mungkin udah >30 lukisan, 90% dari kesemua koleksi yang ada, Cuma bertumpuk di kamar dan gudang, mungkin suatu saat nanti kalau sudah punya rumah seluas min >1000 m2, saya bisa mempersiapkan ruang khusus buat majang koleksi-koleksi yang ada. Untuk saat ini, “hunting” dulu, toh hasrat batin yang terpuaskan, sulit diukur dengan materi, dengan hati yang gembira, saya yakin, banyak hal yang bisa kita lakukan dalam hidup ini, termasuk proses pencarian kemapanan financial.

Sebagian besar foto-foto di postingan ini adalah sebagian kecil dari koleksi lukisan yang saya miliki (kecuali lukisan “kapal nuh dan hewan-hewan”… ini lukisan karya Maestro di Pasar Seni Ancol… dibandrol dengan harga Rp.10 juta pada thn 2010). Oke, sampai disini dulu yach.. gotta sleep.. gut nite.

UPDATE:
Yap, akhirnya charging batere camdie finish juga, neh 2 lukisan yang saya beli:

Pemandangan Desa

Panen Padi


  1. bagus yaksa

    salam kenal,saya dari komunitas pelukis yg bernaung di depok jabar,mendengar cerita anda saya sangat menikmati dan ikut terbawa suasana kami sangat senang sekali jika bisa mengenal anda lebih dekat lgi dan bsa berkunjung ke gria komunitas kami,klo boleh kami minta alamat email anda supaya kami bsa berbagi cerita dan memperkenalkan karya karya kami,disini kami melukis macam macam lukisan yg sesuai dgn aliran masing masing,kali ajee ada yg cocok dgn selera anda,ini alamat email kami griseka@gmail.com,kami tunggu alamat email dan kunjunganya,terimakasih

  2. Zytka

    Malam pak saya punya koleksi pribadi, lukisan asli “Panen Padi” By “Basoeki Abdullah”. Lukisan asli bersertifikat Balindo dikeluarkan saat acara IBRA tahun 1997. Ukuran lukisan ± 2 X 3 meter. Harga dijamin dibawah harga pasaran..saya mau jual cepat, karna lukisannya terlalu besar dan terlalu sempit menempati ruang kamar tidur utama saya.. Jika berminat hub 087809246969 atau email as_zytka@yahoo.com …. Tqs
    sebelumnya.

  3. Izinkanlah saya mempersembahkan koleksi karya kusmianto pelukis legendaris teman basuki abdullah.Nilai seni tinggi dalam lukisan istri raja laut yunani yang saya miliki akan kami jual sesuai dengan tingkatan karya seni yang ada hub.081 2352 2727 97

  4. deswita

    artikel anda ini sangat bagus.saya sangat suka pak.kalau boleh saya tahu bisakah saya minta alamt dan nomer telp w.raharjo dan sandy? trimakasih

  5. adinda

    siang pak….sy berdomisili diklaten.kalau bapak suka hunting lukisan sy bisa bantu.sy kenal dengan pelukis diklaten seperti jaka sp,choirun sholeh,heri murtedjo juga w.raharjo.sy bisa hub bpk di nmr mn? Ttd adinda. trimakasih

    • @adinda: makasih adinda atas infonya… tp untuk saat ini, saya lg vakum dulu.. lg mo ngumpulin uang buat beli lukisan maestro.. ada 1 lukisan yg saya sukai, tp harganya melebihi dari semua lukisan (yg dikumulatifkan) yg saya miliki saat ini. jadi konsekuensinya, saya seakan vakum dari dunia seni lukis.. tp meski demikian, hati ini selalu rindu dan tetap gembira melihat lukisan2 indah di luar sana.. meski tidak memilikinya 😀

  6. Hi hi hi, salam kenal saja untuk semua, salam budaya

  7. agus susanto

    salam kenal pak ray,dan juga semuanya…..




Tinggalkan Balasan ke Jaka SP Batalkan balasan